Rabu, 27 Januari 2016

#KAMITIDAKTAKUT


            Beberapa hari yang lalu tepatnaya tanggal 14 Januari 2016 telah terjadi suatu peristiwa yang menggemparkan Indonesia khususnya Ibukota Jakarta yaitu peristiwa meledaknya bom dan baku tembak di Jalan Thamrin. Terdapat beberapa bom yang meledak di sekitar kawasan Sarinah dan Sturbucks. Bahkan, dari meledaknya bom tersebut sampai menimbulkan beberapa korban baik meninggal dunia maupun korban luka. Baku tembak antara pelaku dan polisipun tidak dapat terhindarkan. Dari baku tembak ini, juga menimbukan beberapa korban jiwa dan luka-luka, baik warga sipil, aparat bahwan WNA.
            Bagaimanapun juga, perilaku menghilangkan nyawa orang lain dengan cara tersebut ialah suatu perbuatan yang tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Betapa banyaknya korban jiwa dan korban luka yang tidak bersalah akibat tindakan tersebut. Sungguh menciderai nilai-nilai keadilan. Tidak ada satupun agama yang lurus akan menghalalkan pembunuhan yang membabi buta tanpa ada dasar yang jelas. Apalagi jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, tidaklah pantas menuduh suatu agama menjadi sumber munculnya tindakan kriminal tersebut, yang harus diakui bahwa agama Islam menjadi agama yang disudutkan atas kasus ini.
            Dalam suatu acara TV ternama di Amerika Serikat, Ben Afflect, pemeran film Batman, terlibat perdebatan yang cukup panas dengan Bill Maher, komedian satir asal Amerika. Bill Maher mengatakan “Islam agama yang dijalankan seperti organisasi mafia. Kalau kamu salah omong, menggambar sesuatu yang terlarang, atau menulis buku yang keliru, kamu bakal dihabisi.” Mendengar ungkapan seperti itu, Ben Afflect langsung naik darah dengan mukanya yang memerah dan menjawab, "Kenapa kalian tidak memperhitungkan satu miliar muslim yang tidak fanatik, tidak menyiksa perempuan, ingin bersekolah, dan makan roti isi yang sama seperti kalian makan?" imbuh Affleck dengan nada suara setengah berteriak.
            Mungkin memang benar, pelaku teror di Jalan Thamrin ialah beragama Islam. Namun, bukan berarti seluruh umat Islam memiliki pemahaman yang sama dengan mereka. Seperti kata Ben Afflect, terdapat jutaan muslim yang menjalankan ibadahnya dengan baik dan tidak pernah melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum. Bahkan, betapa banyaknya umat Islam yang justru memberikan hal-hal yang positif di dalam masyarakat. Jikalau ada beberapa orang dari kalangan umat muslim yang melakukan tindakan kriminal, maka hal tersebut tidak bisa dijadikan dasar untuk menilai umat muslim secara keseluruhan. Apakah hanya karena seorang pejabat di suatu instansi melakukan korupsi maka kita dapat mengatakan bahwa instansi tersebut ialah sumber korupsi di negeri ini ? Pun begitu dengan Islam, tidak bisa mengatakan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan radikalisme hanya gara-gara perilaku segilintir orang saja.
            Hastag #kamitidaktakut menjadi trending topic dalam kasus bom sarinah ini. Hastag tersebut menjadi kode untuk menunjukan bahwa rakyat Indonesia, khususnya Jakarta, tidak takut terhadap serangan teroris. Sungguh suatu kegiatan yang sangat mulia karena akan membangkitkan rasa optimis bagi korban dan seluruh rakyat Indonesia. Namun, pada kesempatan kali ini saya juga ingin mengajak bahwa hastag #kamitidaktakut juga digunakan untuk membangkitkan rasa optimis bahwa tidak semua umat muslim setuju terhadap segala tindakan radikalisme yang jauh dari nilai ketidak adilan. Kami tidak takut menjadi seorang muslim yang taat dan berprestasi karena kami yakin  Islam tidak mengajarkan tindakan kekerasan yang tidak berperi-kemanusiaan. Kami tidak takut untuk belajar Islam lebih dalam dan bermanfaat bagi Indonesia karena kami yakin Islam adalah agama yang penuh cinta dan kedamaian.
            Mana yang lebih baik antara remaja yang banyak menghabiskan uangnya untuk berfoya-foya menghabiskan uang dari orang tuanya ataukah remaja yang tekun belajar kitab sucinya ? Mana yang lebih baik antara pemuda yang hobi mengunjungi tempat-tempat hiburan malam dengan pemuda yang hobi mengunjungi masjid untuk beribadah dengan baik ? Jangan sampai kejadian bom sarinah ini menjadi legal standing untuk mengajukan gugatan bahwa menjadi seseorang yang taat beragama ialah pintu masuk radikalisme. Kurang bijaksana kiranya menjadikan tragedi teror di Jalan Thamrin sebagai dasar hukum melarang seseorang belajar agama dengan lebih giat lagi.
            Memang benar, sebagian pemuda-pemuda yang belajar agama Islam berprilaku buruk terhadap keluarganya sendiri. Memang benar, beberapa orang yang tekun mengikuti pengajian justru memiliki watak yang keras dengan orang-orang yang sekitarnya. Namun juga jangan dilupakan pemuda-pemuda yang tekun beribadah sekaligus dapat menyelesaikan studinya dengan predikat sangat memuaskan disaat teman-teman sepantarannya masih berkutat dengan skripsi serta mencari pencerahannya di diskotik dan club-club malam. Jangan pula tidak dianggap keberadaan orang-orang yang selalu belajar agama serta dengan begitu sabarnya mengurusi orang tuanya dengan penuh kasih sayang di saat orang-orang lain mulai melupakan orang tuanya ketika sudah memiliki penghasilan yang tinggi.
            Mempelajari agama dengan baik memang bukanlah perkara yang mudah. Karena memang kenyataannya terdapat beberapa orang yang justru menjadi pribadi yang buruk setelah “mengira” telah belajar agama dengan baik. Namun, solusinya bukanlah melarang seseorang untuk menjadi pribadi yang taat beribadah. Solusinya ialah mengarahkan dan mendampingi orang-orang terdekat kita untuk dapat menjadi pribadi muslim yang baik. Dan hal tersebut tidak dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu menjadi pribadi yang baik dalam beragama pula.
            Terorisme bukanlah milik suatau agama manapun. Sangat tidak adil jika menyalahkan ajaran suatu agama akibat tragedi bom di Jakarta. Bisa jadi malah terdapat hidden agenda dibalik tragedi ini. Betapa banyaknya muslim yang berbudi pekerti baik serta berpresti, malahan menjadi pemimpin-pemimpin di negeri ini. Memang benar, beberapa oknum umat muslim salah dalam mengaplikasikan ajarannya, namun bukan berarti hal tersebut terjadi di semua umat muslim. Tagar #kamitidaktakut adalah suatu bentuk rasa optimis yang didengung-dengungkan oleh netizen di Indonesia dalam mengahdapi dampak trauma kasus teror di Jakarta. Hal tersebut adalah suatu tindakan inspiratif yang sangat bermanfaat. Namun, tidak ada salahnya juga menggunakan tagar tersebut untuk menyebarkan rasa optimis bahwa menjadi seorang yang taat beragama bukanlah suatu kesalahan yang perlu dihindari. #KamiTidakTakut untuk menjadi seorang muslim yang taat dan berprestasi. #KamiTidakTakut belajar agama dengan lebih giat dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Penulis : Bagas Imasga 2011

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2016/01/24/78386/kamitidaktakut/#ixzz3yRQVfV1v 

Senin, 29 Juni 2015

Jika Memang Harus Gagal, Bukan Karena Kita Berputus Asa

oleh: Bagas Heradhyaksa*

 Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat” (Al-Hijr: 56)

Ayat di atas adalah suatu motivasi yang diberikan Allah kepada kita sebagai hamba-hambaNya. Suatu kalimat indah yang diucapkan melalui perantara Nabi Ibrahim. Begitu hebatnya kalimat tersebut, hingga diabadikan dalam suatu kitab yang sangat luar biasa, yaitu Alquran.

Sebenarnya kalimat atau ayat tersebut adalah rangkaian dari kisah Nabi Ibrahim yang mendapatkan kabar gembira dari malaikat bahwa Nabi Ibrahim akan mendapatkan anak walaupun Nabi Ibrahim dan istrinya sudah sangat tua usianya, (lihat pula surat Hud ayat 69 – 74). Namun, walaupun seakan-akan mustahil atau paling tidak sudah sangat kecil harapan yang dipunya oleh Nabi Ibrahim dan istrinya untuk dapat memiliki anak, Nabi Ibrahim tetap optimis dan enggan untuk berputus asa dengan mengatakan bahwa yang berputus asa dari rahmat Tuhannya hanyalah orang-orang yang “dhol”, kata dhol ini sama persis seperti yang ada pada Al-Fatihah ayat 7 dan Adh-Dhuha ayat 7. Pada akhirnya, melalui kesempatan yang seakan-akan mustahil tersebut, Nabi Ibrahim dapat memiliki keturunan.

Dari kisah tersebut, mari kita bersama-sama pegang dengan teguh Al-Hijr ayat 56 untuk tidak pernah berputus asa walaupun kemungkinan yang kita miliki sangat kecil atau bahkan hampir mustahil. Karena ketika seseorang sudah berputus asa maka dia akan menjadi orang yang sesat.

Jika memang pada akhirnya kita gagal dalam meraih sesuatu, paling tidak itu bukan karena kita yang menyerah dan berputus asa.

Teruslah berusaha sampai detik terakhir dan sampai kesempatan terakhir. Tentu tidak mungkin dalam hidup selalu meraih kesuksesan atau segala yang kita inginkan akan terwujud. Ada kalanya dimana kita harus mengalami kegagalan dan kenyataan tak sesuai harapan. Biarkanlah kegagalan tersebut terjadi karena kehendak Allah, bukan karena kita yang menyerah dan berputus asa. Segera evaluasi kesalahan-kesalahan yang diperbuat. Jangan sampai kesalahan-kesalahan tersebut kembali terulang sehingga kembali menyebabkan kegagalan. Jadikan kegagalan tersebut sebagai pelajaran yang berharga. Jangan sampai berputus asa, karena hanya orang sesat yang berputus asa.

Jika seseorang kehilangan hartanya,
Mungkin orang tersebut tetap bisa kembali berjuang.
Jika seseorang kehilangan anggota tubunya,
Mungkin orang tersebut tetap bisa bangkit.
Jika seseorang kehilangan anggota keluarganya,Mungkin orang tersebut tetap bisa tegak kembali.

Namun..
Jika seseorang sudah kehilangan harapan,
Maka orang tersebut tidak mungkin bisa kambali berjuang, bangkit dan tegak kembali.
Dan harapan satu-satunya yang tidak mungkin bisa hilang
Hanyalah harapan yang disandarkan pada Allah SWT.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/06/28/70829/jika-memang-harus-gagal-bukan-karena-kita-berputus-asa/#ixzz3eTOdL4sR


*penulis merupakan Ketua Rohis SMA 3 Semarang tahun 2009 dan ketua Imasga periode 2015

Senin, 28 Oktober 2013

Saatnya Menjadi Muslim Paling Utama!

Saatnya Menjadi Muslim Paling Utama!


Sejujurnya, setiap jiwa menghendaki sesuatu yang paling utama. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin menikah, tentu ia akan mencari calon yang paling baik untuk menjadi pendamping hidupnya. Hal ini wajar dan manusiawi, asalkan semua itu tetap dalam rangka kesempurnaan iman, bukan hawa nafsu.
Hal serupa juga bisa kita temui dalam dunia olahraga, katakanlah sepakbola. Semua tim, tentu ingin menjadi juara, dan setiap pemain ingin menjadi yang terbaik. Ini adalah fitrah manusia. Selalu ingin menjadi yang terbaik.

Nah, sebagai Mukmin kita juga mesti memiliki motivasi dan semangat tinggi untuk menjadi yang terbaik, tidak saja dalam hal profesi atau pun keahlian dan pendidikan, tetapi dalam konteks yang lebih mendasar, yakni dalam hal keimanan, sehingga kita berkesempatan besar meraih titel terbaik sebagai Mukmin yang paling utama.


Sama dengan proses dan penilaian serta penetapan kriteria dalam setiap pemilihan dan penentuan yang terbaik, menjadi Mukmin yang paling utama pun juga demikian. Hal ini disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibn Amr.


“Orang Mukmin yang paling utama keislamannya adalah mana orang-orang Muslim selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya dari orang-orang Muslim lainnya; orang Mukmin yang paling utama keimanannya adlah orang yang paling baik di antara mereka perangainya; orang berhijrah yang paling utama adalah mereka yang berhijrah dari segala sesuatu yang dilarang Allah Ta’ala; dan jihad yang paling utama ialah orang yang berjihad (mengendalikan) nafsunya dalam Dzat Allah.” (HR. Thabrani).

Rabu, 16 Oktober 2013

Jika Ini Ramadhan Terakhir Kami

Jika Ini Ramadhan Terakhir Kami
oleh Isti Noor Masita

Ketika detik waktu berhenti,
Kehidupan abadi mulai menanti,
Setiap manusia dimintai pertanggung jawaban diri,
Amal ditimbang,mau masuk kemana kita nanti,
Surga yang penuh kenikmatan atau neraka yang penuh siksaan?
Semua itu adalah pilihan,
Wahai insan mari kita renungkan,
Rabbi....
Jika ini pertemuan terakhir dengan ramadhan,
Sungguh kesempatan semakin sempit dan waktu semakin sedikit,
Sedangkan dosa masih setinggi langit,
Dan amal kebaikan masih cacat terlihat,
Tentulah jika ini ramadhan terakhir kami,
Kami takkan mau menjadi hambaMu yang merugi,
Takkan kami biarkan waktu yang hanya berlalu,
Siang malam kami habiskan untuk beribadah untukMu,
Berharap setiap helaan nafas hanya tersebut asamaMu,
Menghamba diri dengan tubuh dan qalbu menyatu,
Lantunan dzikir terus terucap tanpa kenal jemu,
Malam akan kami sibukkan untuk bertarawih..bertahajud..mengadu padaMu,
Lantunan ayat quran akan terus kami dendangkan yang tiada henti memaknai setiap firmanMu,
Berlomba lomba,berharap Kau pertemukan kami dengan malam yang lebih baik dari seribu bulan,
Akankah kami pantas mendapat syurgaMu, Rabbi?
Tentulah jika ini ramadhan terakhir kami,
Seluruh materi yang telah Engkau beri akan kami berikan di jalan jihad ini,
Tentu tak hanya ingin sekadar materi,
Tetapi seluruh jiwa dan raga yang kami persembahkan,
Syahid di jalan dakwah ini adalah yang kami impikan,
Tentulah jika ini ramadhan terakhir kami,
Tak kan kami lewatkan waktu untuk orang orang tersayang,
Terkhusus untuk kedua orangtua,
Sisa waktu akan kami habiskan untuk memberi apa yang telah mereka harapkan,
Kepada mereka tak kan kan kami lupakan untuk memohon maaf atas segala kesalahan,
Berdoa agar syurga nanti kelak menjadi tempat kembali pertemuan,
Sungguh tiada yang mengetahui kapan maut akan menjemput,
Karena itu adalah rahasia kuasaNya,
Sebagai hamba hanya mampu terus berusaha,
Meminta belas kasihNya,
Memperbanyak bekal agar mampu mendapat syurgaNya,
Bersiap diri menanti jemputan izrail,
Jadikan ramadhan ini menjadi ramadhan yang paling berseri dan berarti sebelum maut itu menghampiri,
Illahi rabbi...
Yogyakarta, 25 juli 2013

Bismillahhirrahmanirrahim...
Assalamualaykum wr wb...
Teruntuk saudara saudara imasga dimanapun berada,
Sungguh, aku merindukan kalian semua. Rindu berkumpul dengan orang orang sholeh seperti kalian. Tersatukan dalam lingkaran ukhuwah.
Mungkin memang kita belum pernah saling berjabat,
Tapi bukankah ukhuwah ini akibat dari iman?
Maka sebelum tangan berjabat, bibir berucapa,ukhuwah ini sudah ada,
maka jangan pernah lelah untuk terus berbenah iman, agar ukhuwah ini tetap utuh tersatukan.
Jarak yang mungkin memisahkan,semoga bukan menjadi penghalang untuk terus saling mendoakan,justru jarak yang ada,semoga bisa menjadi kekuatan doa itu dikabulkan.
Bismillah...semoga Allah pertemukan kita di syurgaNya,aamiin.. :')
Wassalamualaykum wr wb

Sabtu, 17 Agustus 2013

Pria Atheis Ini Akhirnya Menemukan Sang Pencipta dalam Islam

Pria Atheis Ini Akhirnya 
Menemukan Sang Pencipta dalam Islam

Oleh Friska Yolandha


Bagi Laurence, Islam sangatlah sesuai 
dengan keyakinannya.

Orangtua mana yang tak merasa bahagia atas kelahiran anak mereka? Perasaan itulah yang membuncah di dalam hati Laurence Brown sangat bayi perempuan kecilnya terlahir. Kebahagiaan Laurence luntur seketika dan berubah menjadi ketakutan, karena bayi mungilnya divonis mengalami kelainan di arteri besar jantungnya.
Akibat kelainan itu, jantung Hanna –  nama anak perempuan Laurence itu — tak bisa memasok oksigen ke seluruh tubuh mungilnya. Akibatnya tubuh bagian bawah sang gadis kecil terlihat membiru, seolah mati.
Dokter pun segera membawa Hanna ke ruang rawat intensif untuk menanganinya lebih lanjut. Laurence menyadari, penyakit yang diderita anaknya adalah masalah kecil yang banyak membuat orang meninggal. Dan mereka meninggal dengan cara yang tidak menyenangkan. Mereka harus menjalani operasi dan mengkonsumsi obat. Lalu beberapa tahun kemudian dioperasi lagi, dan terus begitu sampai ajal menjemput.
Menyaksikan kondisi putrinya yang lemah tak berdaya itu membuat lulusan tiga perguruan tinggi terkemuka, Cornell University, Brown Medical School, dan George Washington University itu tidak bisa mengontrol diri. Untuk pertama kalian, Laurence tak mampu menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya.
Sebelumnya, Laurence selalu berupaya mengatasi kesulitannya yang dihadapinya. Ketika  membutuhkan lebih banyak uang, ia akan bekerja lebih keras agar memperoleh lebih banyak uang. Kali itu, ia benar-benar terpojok. Tak mampu berbuat apapun untuk menyelamatkan buah hatinya.
‘’Untuk pertama kalinya dalam hidup saya membutuhkan pertolongan,” ujar Laurence dalam The Deen Show, sebuah talkshow yang mengisahkan perjalanan hidup para mualaf. Laurance yang atheis alias tak mempercayai Tuhan baru tersadar. Ia membutuhkan bantuan Dia yang Maha Agung.
Laurence dibesarkan tanpa agama. Dia tidak pernah mengenal Tuhan. Kejadian ini justru membuatnya berkenalan dengan sosok yang dipercayai menjadi Pencipta. Melihat kondisi anaknya, ia melangkahkan kaki untuk pertama kalinya ke dalam ruang doa.
Dengan cara seorang atheis, ia berdoa kepada Tuhan.  “Tuhan, jika Engkau memang ada, maka selamatkanlah jiwaku — jika aku mempunyai jiwa. Aku butuh pertolongan-Mu.”
Ia lalu bernazar, ‘’Apabila Tuhan dapat menyelamatkan anak gadisnya dan menuntunnya pada agama yang paling Dia senangi, maka ia akan menjalankan agama tersebut.’’ Janji yang menurutnya cukup sederhana.
Tuhan pun mendengarkan doanya. Tuhan menyelamatkan anaknya dari kelainan jantung yang dideritanya. Hanna tidak harus dioperasi dan tidak lagi mengkonsumsi obat-obatan. Ia dapat tumbuh dewasa seperti anak-anak seumurnya.
Tentulah Laurence amat bahagia. Tim medis pun memberikan penjelasan yang logis bagi Laurence dan diri mereka sendiri mengenai kesembuhan Hanna. Tapi bagi Laurence, tidak ada penjelasan yang lebih logis daripada kuasa Tuhan atas kesembuhan Hanna.
Tuhan telah melaksanakan janjinya. Maka Laurence pun harus melaksanakan janjinya, yaitu menjalankan agama Tuhan. Pertama ia mempelajari Yahudi, namun kemudian ia berpindah ke Kristen. “Saya pikir saya menemukannya di dalam Kristen,” katanya ketika menceritakan pengalaman spiritualnya dalam mencari kebenaran.
Selama bertahun-tahun Laurence mencari kebenaran di dalam Kristen. Ia mengikuti berbagai jenis kebaktian, sekte, dan gereja Kristen. Ia ikut serta dalam sekte Quaker (perkumpulan agama sahabat, muncul di Inggris pada abad ke-17), Mormon, Katolik Roma, Yunani Ortodoks dan masih banyak lagi. Namun tidak satu pun yang dapat memuaskan pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal di hatinya.
Pensiunan perwira Angkatan Udara Amerika Serikat dengan pangkat mayor ini sering berdiskusi dengan pendeta mengenai beberapa hal tentang Kristen, namun pendeta tersebut tidak memberinya jawaban yang memuaskan. “Saya menyukai beberapa ajaran di dalam Kristen, tapi ada juga beberapa yang saya tidak mengerti dan mereka tidak bisa menjawabnya.”
Salah satu pertanyaan yang diajukannya kepada pendeta adalah mengenai fondasi agama itu sendiri. Seperti halnya trinitas. Setelah menelusuri Alkitab, ia tidak menemukan pernyataan yang mengatakan konsep trinitas. Tuhan, seperti yang tertulis dalam Perjanjian Lama, adalah satu.
Ketika ia membicarakan hal itu, pendetanya malah berkata, “Oh itu, saya lupa.” Laurence sangat terkejut. Bagaimana mungkin hal sepenting itu dan  menjadi landasan dalam agama dilupakan begitu saja.
Hal lain yang mengganggunya adalah keberadaan Yesus Kristus sebagai seorang Anak Tuhan. Penulis buku MisGod’ed, God’ed, dan The Eighth Scroll ini percaya bahwa Yesus adalah seorang manusia yang diutus sebagai nabi bagi umatnya. “Saya meminta kepada pendeta agar mereka membuktikan kepada saya bahwa Yesus adalah Tuhan atau anak Tuhan,” cetus Laurence.
Sebanyak 88 kali Yesus menyebut dirinya sebagai Anak Manusia di dalam Alkitab. Laurence tidak menemukan satu kalimat pun di dalam Alkitab yang menyatakan Yesus mengklaim dirinya sebagai anak Tuhan. Yesus yang merupakan pendeta Yahudi itu tidak pernah mengajarkan kepada setiap umatnya untuk menanggung dosa-dosa yang dilakukan Adam.
Setiap ayah tidak menanggung dosa anaknya, dan setiap anak tidak menanggung dosa ayahnya. Hal inilah yang selama ini menjadi pedoman setiap umat Kristen, yang diajarkan oleh Paulus. Namun kenyataannya, Yesus tidak pernah mengajarkan hal itu. “Setiap orang menanggung dosanya masing-masing,” kata Laurence mengutip dari Alkitab.
Karena ada dua ajaran yang ditemukannya, ajaran Yesus dan Paulus, Laurence harus membuat pilihan. Ia lebih nyaman dengan ajaran Yesus.  Ia pun mengikuti ajaran Yesus sang Nabi Allah. Laurence berhenti mempelajari Kristen karena agama tersebut tidak sesuai dengan keyakinannya.
Ia mempercayai Yesus adalah seorang Nabi, alih-alih seorang anak Tuhan. Semakin mempelajari Kristen dan berusaha untuk menjadi Kristiani yang taat, kian ia menyadari agama ini tidaklah cocok. Tidak satu sekte pun yang merepresentasikan keyakinannya, sampai ia menemukan Islam.
Ia menemukan dalam Alkitab Yesus berkata akan ada Nabi terakhir setelah dirinya. Muhammad datang membawa agama yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya, yaitu Islam. Dan bagi Laurence Islam sangatlah sesuai dengan keyakinan yang ia miliki. Ia pun mulai membaca Alquran dan buku-buku tentang Islam.
Dan setelah itu tidak ada lagi keraguan baginya untuk tidak memeluk Islam. “Buku-buku tersebut menjelaskan dengan jelas mengenai keyakinan yang saya anut. Dan karena itulah saya memilih Islam,” ujarnya bahagia. (hr/rol)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/13/37826/pria-atheis-ini-akhirnya-menemukan-sang-pencipta-dalam-islam/#ixzz2cFduo1S4

Sabtu, 13 April 2013

The Journey to Meet Istidroj

The Journey to Meet Istidroj

oleh Bagas Heradhyaksa*


43. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.

44. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
( Al-An’am (6) ayat 43 – 44)

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaykum wr wb

Mari kita bersama-sama mentadaburi Surat Al-An’am ayat 43 – 44. Mungkin akan terasa lebih nimat jika kita memahami makna dari ayat 31 -50 sekalian yang merupakan satu ‘ain atau satu makhroj, tidak terpotong hanya pada dua ayat tersebut. Namun, pada kesempatan kali ini, mari kita bersama-sama mengkhususkan atau lebih berkonsentrasi pada ayat 43 – 44 terlebih dahulu saja, adapun ayat lainnya bisa kita tadaburi di lain kesempatan.

Di ayat 43, Allah bertanya kepada kita, mengapa ketika sedang mendapat siksaan kita tidak memohon kepada Allah dengan tunduk merendahkan diri ?

Mari kita coba buat cara agar lebih mudah dalam memahami ayat ini.
Coba aplikasikan ayat tersebut di dalam kehidupan nyata kita.

-        Mengapa ketika kita sedang dapat banyak cobaan kita tidak datang kepada Allah dengan tunduk dan merendahkan diri ?
-        Mengapa ketika nilai akademis kita jatuh, kita tidak datang kepada Allah dengan tunduk dan merendahkan diri ?
-        Mengapa ketika tubuh didatangi banyak penyakit, kita tidak datang kepada Allah dengan tunduk dan merendahkan diri ?
-        Mengapa ketika bayak yang memusuhi kita, kita tidak datang kepada Allah dengan tunduk dan merendahkan diri ?
-        Mengapa ketika usaha yang sudah dibangun dengan susah payah, lalu hancur lebur, kita tidak datang kepada Allah dengan tunduk dan merendahkan diri ?
-        Mengapa ketika banyak orang yang memfitnah dan menjauhi kita, kita tidak datang kepada Allah dengan tunduk dan merendahkan diri ?

Apakah Anda sudah dapat merasakan potongan ayat 43 ini lebih mengena di hati ?
Buatlah sendiri dengan kalimat Anda sendiri, siksaan apa yang mungkin atau sedang Anda alami, dan apakah ketika siksaan itu menimpa, kita sudah datang ke Allah dengan tunduk merendah diri ?

Lanjut menuju ke potongan ayat selanjutnya.

Bahkan hati mereka telah menjadi keras.

-        Bukannya mendekat kepada Allah dengan tunduk dan merendah, malah hatinya yang dikerasin, tidak mau mengakui bahwa semua terjadi karena kesalahan diri kita sendiri. Kitalah yang telah mendzolimi diri kita sendiri. Jangan mecari-cari alasan !
-        Bukannya mendekat kepada Allah dengan tunduk dan merendah, malah semakin menjadi-jadi maksiatnya. Makin berani ngelawan Allah. Makin keras hatinya.
-        Bukannya mendekatkan diri kepada Allah dengan tunduk dan merendah, malah semakin menjauh. Ibadah jadi tidak karuan. Yang sunnah hilang satu persatu. Yang wajib dikerjain sekenanya saja, ala kadarnya saja. Makin keras hatinya, makin tidak takut sama dosa.
-        Bukannya mendekatkan diri kepada Allah, malah dosa-dosa dijadikan kebiasaan, syariat diterabas dimana-mana, Qur’an dan hadist dianggap sebuah mitos belaka. Makin keras hatinya, makin berani melawan Allah.


dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.

Sekarang, segala perilaku kita yang menyimpang dari Qur’an dan hadist, jadi kelihatan indah di mata kita.
Kemaksiatan-kemaksiatan yang kita kerjakan dianggap lumrah oleh diri kita sendir.
Mengapa ? Karena Hati kita sekarang sudah keras dan syetan membuat perilaku tersebut jadi indah.
Mulai berani ngelawan hukum-hukum Allah, awalnya dikit demi sedikit ngelanggar syariat, lama-lama jadi terlihat lumrah dan indah, syetan yang ngebuat kayak gitu.
Jadi tidak sadar sudah terjebak dalam lingkaran syetan sejauh ini. Semua terasa wajar-wajar saja. Hati sudah terlanjur keras menerima masukan-masukan agama. Kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan agama dan berbau maksiat dianggap suatu yang lumrah dan wajar.
Dan ternyata, baru bisa sadar ketika sudah berada jauh di tengah samudera kemaksiatan.
Ya, semua sudah terlanjur terlihat lumrah dan indah. Hal yang wajar.
Saat itu lah, kita akan susah untuk bisa keluar dari kebiasan maksiat tersebut. Karena semua sudah terlihat biasa-biasa saja, padahal hal tersebut tidak disukai Allah.

Mari kita pahami bersama-sama ayat 43 ini secara keseluruhan.

Saat siksaan datang kepada kita, mengapa kita tidak datang dengan tunduk dan merendah kepada Allah ? Mengapa justru semakin mengeraskan hati ? Jika begitu terus dan tidak segera bertaubat, maka bisa-bisa syetan akan menjadikan perilaku buruk kita itu terlihat bagus bagi diri kita sendiri.

Saudaraku, berhati-hatilah ketika hal tersebut sudah menimpa diri kita. Kita tidak sadar lagi jika kita sudah terjebak dalam lingkaran syetan kemaksiatan. Tidak sadar lagi jika kita sudah semakin menjauh dari Allah. Justru kita mengira bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang baik, itulah tipu daya syetan.

Sungguh kita perlu mewaspadai, jangan pernah berkompromi dengan kemaksiatan. Karena kemaksiatan itu mempunyai snow ball effect. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, dan kita tidak menyadarinya jika kita sudah hampir membangun gunung kemaksiatan dalam diri kita. Mengapa bisa begitu ? Sekali lagi, karena syetan membuat kita memandang kemaksiatan yang kita lakukan itu indah dan bagus di mata kita sendiri.

Oleh karenanya, kita harus benar-benar aware  terhadap segala kemungkinan pintu masuknya syetan. Kita harus segera cut semua jalan-jalan yang berpotensial jadi arah masuknya syetan. Bukan berarti harus keras, kaku atau mengekang, percayalah, jalan-jalan yang diperbolehkan syariat itu justru jauh lebih indah dan nikmat, bahkan kekal abadi. Percayalah !

Jika kita berkompromi dengan syetan, bisa-bisa kita di ajak menuju ke samudera kemasiatan untuk menemaninya di neraka kelak.


Al-An’am ayat 44


44. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.

Coba perhatikan ayat ini dengan seksama.
-        Ketika kita sudah melupakan perintah yang diberikan Allah kepada kita.
-        Ketika kita sudah mulai jauh dari Allah.
-        Ketika kita sudah mulai sering bersentuhan dengan kemaksiatan.
-        Ketika kita sudah tidak mempedulikan lagi mana yang halal dan yang haram.
-        Ketika kita sudah mengira segala dosa-dosa kita itu adalah perbuatan yang bagus.

Maka Allah justru akan membuka semua pintu kesenangan-kesenangan untuk kita.

-        Kita akan merasa harta kekayaan kita justru bertambah banyak.
-        Kita akan merasa prestasi-prestasi kita kian melejit.
-        Banyak teman-teman yang datang mengerumuni dan mengagumi kita.
-        Popularitas jadi semakin tinggi.
-        Segala yang kita inginkan seakan-akan terpenuhi dalam sekejap.
-        Kita pun menjadi senang dan bangga karenanya.

Dan saat itulah, saat kita sudah mulai berani melawan Allah. Dilanjutkan dengan kesenangan demi kesenangan yang kita dapatkan. Ketika kita sudah merasa bahagia yang tiada terkira. Ketika kita sudah mulai merasa di puncak kejayaan. Ketika kita sudah merasa bahwa kita adalah The King of The word ! Dan, BBUUUUMM !! Allah akan menyiksa kita dengan sekonyong-konyong. Dan saat itulah, kita akan K.O

Kita akan klenger, tertunduk lemas bingung tidak tahu harus melakukan apalagi. Merasa segala sesuatunya sudah tamat. Tak tahu lagi kemana harus melangkah. Semua sudah terlanjur terjadi. Barulah saat-saat seperti ini. Kita akan tertunduk merendahkan diri datang kepada Allah.


Allah itu Baik Pake Banget.

Saran saya, bersyukurlah ketika kita masih di beri kesempatan untuk hidup, karena berarti kita masih diberi kesempatan untuk bertaubat. Sudahlah, tidak usah terlalu meikirkan masa lalu kita. Masa-masa dimana kita selalu bermandikan dosa dan maksiat. Hingga akhirnya kita sekarang di hancur leburkan oleh Allah dengan siksaan yang berat. Mengapa ? Karena Allah itu Maha Pemaaf. Pokoknya Allah itu baik banget, bahkan lebih baik dari apa yang pernah kita bayangkan.

Tidak percaya ? Baiklah, Mari kita bersama-sama membuka Ayatnya.

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Az-Zumar (39) ayat 53

Atau di hadist ini

Telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Mu'adz Al 'Anbari telah menceritakan kepada kami bapakku telah menceritakan kepada kami Abu Yunus dari Simak dia berkata; An Nu'man bin Basyir berkhuthbah, maka dia berkata;Sungguh kegembiraan Allah karena taubatnya hamba-Nya melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian yang pada suatu ketika dia membawa perbekalan dan minumannya di atas unta lalu dia berjalan di padang pasir yang luas. kemudian dia beristirahat sejenak dan tidur di bawah pohon. Tiba-tiba untanya lepas, dia pun mencarinya ke perbukitan, namun dia tidak melihat sesuatu sama sekali, kemudian ia mencari lagi di perbukitan yang lain, namun juga tidak melihatnya, ia pun naik lagi keperbukitan yang lain, tapi tetap tidak menemukan sesuatupun. Akhirnya dia kembali ke tempat istirahatnya. Tatkala dia sedang duduk, tiba-tiba untanya datang kepadanya seraya menyerahkan tali kekangnya ke tangannya. Maka sungguh kegembiraan Allah dengan taubatnya seorang hambanya melebihi kegembiraan orang ini ketika dia mendapatkan untanya kembali dalam keadaan seperti semula.” (HR. Muslim)

Pada kesempatan kali ini, saya tidak ingin terlalu banyak membahas ayat ini terlebih dahulu. Karena saya pikir tulisan saya sudah lumayan panjang, sudah masuk page 5. Yang saya takutkan nanti Anda justru bosan membacanya. Ya sebenarnya kalau boleh jujur mungkin banyak dari Anda yang sudah bosan membaca tulisan saya, jangankan tulisannya , wajah penulisnya saja sudah ngebosenin.
Oke, Pahamilah sendiri Surat Az-Zumar ayat 53 dan hadist-hadist yang mendukung lainnya. Jika perlu sekalian buka kitab tafsir dan tanyakan kepada ustadz yang memang berkompeten. InsyaAllah jika ada kesempatan kita akan bersama-sama berdiskusi mengenai betapa baiknya Allah.

Sekian dari saya. Al-An’am ayat 43 – 44 adalah sebuah peringatan untuk kita. Jadi jangan sampai kita adalah golongan yang dimaksud dalam Al-An’am 43 – 44 tersebut. Jangan sampai ! Stay Alert ! Jauhi segala kemungkinan yang dapat membuat kita terseret dalam apa-apa yang dimaksud dalam Al-An’am 43 – 44.

Akhirul Kalam
Wassalamu’alaykum Wr Wb

*) penulis adalah mahasiswa hukum undip dan mantan ketua rohis sma 3 semarang