Beberapa hari yang lalu tepatnaya tanggal 14 Januari 2016
telah terjadi suatu peristiwa yang menggemparkan Indonesia khususnya Ibukota
Jakarta yaitu peristiwa meledaknya bom dan baku tembak di Jalan Thamrin.
Terdapat beberapa bom yang meledak di sekitar kawasan Sarinah dan Sturbucks.
Bahkan, dari meledaknya bom tersebut sampai menimbulkan beberapa korban baik
meninggal dunia maupun korban luka. Baku tembak antara pelaku dan polisipun
tidak dapat terhindarkan. Dari baku tembak ini, juga menimbukan beberapa korban
jiwa dan luka-luka, baik warga sipil, aparat bahwan WNA.
Bagaimanapun juga, perilaku menghilangkan nyawa orang
lain dengan cara tersebut ialah suatu perbuatan yang tidak dapat dibenarkan
dengan alasan apapun. Betapa banyaknya korban jiwa dan korban luka yang tidak
bersalah akibat tindakan tersebut. Sungguh menciderai nilai-nilai keadilan. Tidak
ada satupun agama yang lurus akan menghalalkan pembunuhan yang membabi buta
tanpa ada dasar yang jelas. Apalagi jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Oleh
karena itu, tidaklah pantas menuduh suatu agama menjadi sumber munculnya
tindakan kriminal tersebut, yang harus diakui bahwa agama Islam menjadi agama
yang disudutkan atas kasus ini.
Dalam suatu acara TV ternama di Amerika Serikat, Ben
Afflect, pemeran film Batman, terlibat perdebatan yang cukup panas dengan Bill
Maher, komedian satir asal Amerika. Bill Maher mengatakan “Islam agama yang dijalankan seperti
organisasi mafia. Kalau kamu salah omong, menggambar sesuatu yang terlarang,
atau menulis buku yang keliru, kamu bakal dihabisi.” Mendengar ungkapan seperti
itu, Ben Afflect langsung naik darah dengan mukanya yang memerah dan menjawab, "Kenapa kalian tidak memperhitungkan satu
miliar muslim yang tidak fanatik, tidak menyiksa perempuan, ingin bersekolah,
dan makan roti isi yang sama seperti kalian makan?" imbuh Affleck dengan
nada suara setengah berteriak.
Mungkin memang benar, pelaku teror di Jalan
Thamrin ialah beragama Islam. Namun, bukan berarti seluruh umat Islam memiliki
pemahaman yang sama dengan mereka. Seperti kata Ben Afflect, terdapat jutaan
muslim yang menjalankan ibadahnya dengan baik dan tidak pernah melakukan
tindakan-tindakan yang melanggar hukum. Bahkan, betapa banyaknya umat Islam
yang justru memberikan hal-hal yang positif di dalam masyarakat. Jikalau ada
beberapa orang dari kalangan umat muslim yang melakukan tindakan kriminal, maka
hal tersebut tidak bisa dijadikan dasar untuk menilai umat muslim secara
keseluruhan. Apakah hanya karena seorang pejabat di suatu instansi melakukan
korupsi maka kita dapat mengatakan bahwa instansi tersebut ialah sumber korupsi
di negeri ini ? Pun begitu dengan Islam, tidak bisa mengatakan bahwa Islam
adalah agama yang mengajarkan radikalisme hanya gara-gara perilaku segilintir
orang saja.
Hastag #kamitidaktakut menjadi trending
topic dalam kasus bom sarinah ini. Hastag tersebut menjadi kode untuk
menunjukan bahwa rakyat Indonesia, khususnya Jakarta, tidak takut terhadap
serangan teroris. Sungguh suatu kegiatan yang sangat mulia karena akan
membangkitkan rasa optimis bagi korban dan seluruh rakyat Indonesia. Namun,
pada kesempatan kali ini saya juga ingin mengajak bahwa hastag #kamitidaktakut
juga digunakan untuk membangkitkan rasa optimis bahwa tidak semua umat muslim
setuju terhadap segala tindakan radikalisme yang jauh dari nilai ketidak
adilan. Kami tidak takut menjadi seorang muslim yang taat dan berprestasi
karena kami yakin Islam tidak
mengajarkan tindakan kekerasan yang tidak berperi-kemanusiaan. Kami tidak takut
untuk belajar Islam lebih dalam dan bermanfaat bagi Indonesia karena kami yakin
Islam adalah agama yang penuh cinta dan kedamaian.
Mana
yang lebih baik antara remaja yang banyak menghabiskan uangnya untuk
berfoya-foya menghabiskan uang dari orang tuanya ataukah remaja yang tekun
belajar kitab sucinya ? Mana yang lebih baik antara pemuda yang hobi
mengunjungi tempat-tempat hiburan malam dengan pemuda yang hobi mengunjungi
masjid untuk beribadah dengan baik ? Jangan sampai kejadian bom sarinah ini
menjadi legal standing untuk
mengajukan gugatan bahwa menjadi seseorang yang taat beragama ialah pintu masuk
radikalisme. Kurang bijaksana kiranya menjadikan tragedi teror di Jalan Thamrin
sebagai dasar hukum melarang seseorang belajar agama dengan lebih giat lagi.
Memang
benar, sebagian pemuda-pemuda yang belajar agama Islam berprilaku buruk
terhadap keluarganya sendiri. Memang benar, beberapa orang yang tekun mengikuti
pengajian justru memiliki watak yang keras dengan orang-orang yang sekitarnya.
Namun juga jangan dilupakan pemuda-pemuda yang tekun beribadah sekaligus dapat
menyelesaikan studinya dengan predikat sangat memuaskan disaat teman-teman
sepantarannya masih berkutat dengan skripsi serta mencari pencerahannya di
diskotik dan club-club malam. Jangan pula tidak dianggap keberadaan orang-orang
yang selalu belajar agama serta dengan begitu sabarnya mengurusi orang tuanya
dengan penuh kasih sayang di saat orang-orang lain mulai melupakan orang tuanya
ketika sudah memiliki penghasilan yang tinggi.
Mempelajari
agama dengan baik memang bukanlah perkara yang mudah. Karena memang
kenyataannya terdapat beberapa orang yang justru menjadi pribadi yang buruk
setelah “mengira” telah belajar agama dengan baik. Namun, solusinya bukanlah
melarang seseorang untuk menjadi pribadi yang taat beribadah. Solusinya ialah
mengarahkan dan mendampingi orang-orang terdekat kita untuk dapat menjadi
pribadi muslim yang baik. Dan hal tersebut tidak dapat dilakukan tanpa terlebih
dahulu menjadi pribadi yang baik dalam beragama pula.
Terorisme
bukanlah milik suatau agama manapun. Sangat tidak adil jika menyalahkan ajaran
suatu agama akibat tragedi bom di Jakarta. Bisa jadi malah terdapat hidden agenda dibalik tragedi ini.
Betapa banyaknya muslim yang berbudi pekerti baik serta berpresti, malahan
menjadi pemimpin-pemimpin di negeri ini. Memang benar, beberapa oknum umat
muslim salah dalam mengaplikasikan ajarannya, namun bukan berarti hal tersebut
terjadi di semua umat muslim. Tagar #kamitidaktakut adalah suatu bentuk rasa
optimis yang didengung-dengungkan oleh netizen di Indonesia dalam mengahdapi
dampak trauma kasus teror di Jakarta. Hal tersebut adalah suatu tindakan
inspiratif yang sangat bermanfaat. Namun, tidak ada salahnya juga menggunakan
tagar tersebut untuk menyebarkan rasa optimis bahwa menjadi seorang yang taat
beragama bukanlah suatu kesalahan yang perlu dihindari. #KamiTidakTakut untuk menjadi seorang muslim yang taat dan berprestasi. #KamiTidakTakut belajar agama dengan lebih giat dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Penulis : Bagas Imasga 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar